Wednesday, October 5, 2011

KAJIAN HIDUPKU DALAM SURAH AL-FATIHAH -SIRI 1-


KAJIAN BERMULA DI SINI :

Ni gambar aku tangkap semasa panjat bukit A.I ..aku nampak K.L ni seperti Lembah sebab dipagari oleh gunung-gunung .Bentuk K.l ni macam kawah..Dalam Al-Quran, Allah Taal sebut pasal gunung2 :
"(Mengapa kamu ragu-ragukan kekuasaan Kami menghidupkan semula orang-orang yang telah mati?) Bukankah Kami telah menjadikan bumi (terbentang luas) sebagai hamparan? Dan gunung-ganang sebagai pancang pasaknya? (al-Naba’[78:6-7])."




Ni bunga yang ada di atas puncak bukit :




Allah itu Maha Pemurah,Dia menciptakan pokok cempedak ini berbuah sampai ke akar..
Apa pengajaran yang dapat aku ambil daripada gambar ni???

Ertinya : “Dan dari air Kami jadikan setiap sesuatu yang hidup.” (QS. Al Anbiya : 30)


TO BE CONTINUE...

KAJIAN HIDUPKU DALAM SURAH AL-FATIHAH




KAEDAH PENGKAJIAN :
  1. Mengumpul gambar-gambar pelik yang aku jumpa.
  2. Mencari kaitan alam semesta mengenai Surah Al-Fatihah.
  3. Mencari responden (kawan2) mengenai tahap permahaman mereka mengenai Surah Al-Fatihah.
  4. Mencari buku2 yang membincangkan lebih terperinci mengenai Surah Al-Fatihah.



MASA : 1 @ 1/2 bulan untuk membuat penyelidikan.



OBJEKTIF KAJIAN :
  1. Mencari ilmu yang tulen.
  2. Mencari kesahihan fakta.
  3. Memikirkan kaitan alam semesta dengan Surah Al-Fatihah.
  4. Menjadi manusia yang tawadhuk kpd Allah Taala.

KAJIAN MENGENAI AYAT 2-7 : SURAH AL-FATIHAH

TERUS KE LINK INI :


Isi kandungan

Unsur-unsur penting sebagai cerminan dan intisari kandungan Al Quran yang di tuturkan dalam Surah Al Fatihah, adalah sebagai berikut :

1. Masalah keimanan, tauhid dan ubudiyah.
Masalah keimanan, tauhid dan ubudiyah di sebutkan dalam ayat ke 2, ke 4, dan di sempurnakan pada ayat ke 5. Dalam ayat ke 2 di nyatakan keimanan kepada Allah SWT dengan menggunakan ungkapan : “ segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam “. Dengan tegas ayat ini menyatakan bahwa segala bentuk pujian dan sanjungan serta ucapan syukur atas semua bentuk ni`mat hanya milik Allah, sebab Allah pencipta dan sumber segala ni`mat yang terdapat di dunia ini. Di samping itu, hal tersebut juga di fahami dengan melihat alif lam ( ال ) yang terdapat dalam kalimat : “ al hamdu ( الحمد ) “ adalah alif lam lil istighra`.

Kemudian,diantara ni`mat-ni`mat Allah yang wajib di syukur dan di puji Sang Pemberinya, diantaranya adalah ni`mat menciptakan, ni`mat mendidik dan menumbuhkan. Kata “ Rabb “ dalam kalimat “ Rabbal `alamin “ tidak hanya berarti Tuhan yang menciptakan dan Penguasa alam semesta, akan tetapi juga mengandung arti tarbiyah, yaitu mendidik dan menumbuhkan. Dengan demikian, baik ni`mat menciptakan, mendidik dan menumbuhkan maupun ni`mat apa saja yang kita lihat dan kita rasakan semua bersumber dari Allah dan semata-mata kemurahan anugerah-Nya. Karena itu, semua ni`mat tersebut tidak boleh tidak wajib di syukuri. Penciptaan alam semesta, kemudian penjagaanya dan perlindungannya oleh Allah SWT sudah menjadi tanggungjawab manusia untuk memperhatikannya, agar semakin menambah keimanan dan keyakinan akan keagungan dan kemuliaan Allah. Karena masalah keimanan adalah masalah yang pokok, dimana Allah tidak hanya cukup di syukuri dan di sanjung atas anugerah dan ni`mat-ni`mat-Nya, akan tetapi juga di sembah. Oleh sebab itu, pokok keimanan yang di tuturkan dalam ayat ke 2 ini, di tegaskan dan di lengkapi dengan ayat ke 5, yakni “ ‘ iyyaka na`budu wa iyyaka nasta`iin ( hanya kepada-Mu kami menyembah dan menghambakan diri, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan ) “.

Pokok keimanan selanjutnya di sebutkan dalam ayat ke 4, yakni “ maa liki yaumiddin “ ( Yang menguasai hari pembalasan ). Ayat ini menuturkan tentang kewajiban mengimani adanya hari pembalasan atau hari kiamat, dimana Allah akan menguasai hari itu. Artinya Allah Yang berkuasa pada hari itu dan segala sesuatu tunduk kepada kebesarn-Nya seraya berharap rahmat dan kasih sayang-Nya serta cemas dan takut pada azab dan siksaan-Nya. Hal ini sekaligus berarti adanya janji untuk memberi pahala dan balasan kepada perbuatan baik dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk.

2. Masalah hukum.

Masalah hukum dalam surat Al Fatihah dapat kita perhatikan dalam ayat ke 6. Di sebutkan dalam ayat ini bahwa orang-orang beriman bermohon kepada Allah untuk menunjukkan jalan yang benar dan memohon hidayah kepada-Nya, yang mengantarkan kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Hidayah yang di kehendaki tentu saja yang akan bisa membimbing mereka menuju keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat, baik berupa keyakinan dan iman yang kuat, akhlak dan terpuji, hukum-hukum dan pelajaran.

Syaikh Muhammad Ali Ash Shobuniy dalam kitab Tafsir Ayat Ahkam menuturkan bahwa makna ayat ke 6 dari Surat Al Fatihah ini adalah : “ Ya Allah tetapkanlah iman dalam hati kami, berikanlah kami pertolongan untuk senantiasa berbuat baik dab beramal sholeh dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang meniti jalan kebenaran Islam agar kami meraih kebahagiaan di Surga-Mu Jannatin Na`im.’’

3. Kisah-kisah umat terdahulu.

Kisah-kisah umat terdahulu dalam surat ini dapat kita pelajari dalam ayat ke 7. Ada dua bagian kisah yang berbeda, pertama menuturkan kisah-kisah orang-orang yang telah mendapatkan ni`mat dan kedua, kisah orang-orang yang mendapat laknat dan tersesat dari jalan kebenaran.

Orang-orang yang telah mendapatkan ni`mat ( اللذين أنعمت عليهم ) menurut Ibnu Abbas adalah para Nabi, para shiddiqiin, para syuhada` dan para sholihin. Pendapat ini kemudian di ikuti dan di amini para jumhur ulama. Mereka mendasarkannya pada ayat 69 dari Surat An Nisa :

وَمَنْ يُطِعِ ا للهَ وَالرَّسُوْلَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِيْنَ أَنعَمْتَ عَلَيْهِم مِنَ النَّبِيّيْنَ وَ الصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيْقًا ( النّساء 69 ).
“ Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang di anugerahi ni`mat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, para shiddiqiin, orang-orang yang mati syahid ( syuhada ) dan orang-orang sholeh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. ( QS. An Nisa 69 ).

Kemudian, orang-orang yang mendapat laknat atau murka ( المغضوب عليهم ) – masih menurut Ibnu Abbas – adalah Bangsa Yahudi. Ibnu Abbas memajukan dalil ayat 112 dari Surat Ali Imron dan ayat 60 dari Surah Al Maidah .

وَبَاءُوْا بِغَضَبٍ مِّنَ اللهِ { الأية }
“ Dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah ( QS. Ali Imron 112 ).

مَنْ لَعَنَهُ اللهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيْرِ { الأية }

…” yaitu orang-orang yang di laknat dan dimurkai Allah, diantara mereka ada yang di jadikan kera dan babi. ( QS. Al Maidah 60 ).

Kemudian, mengenai orang-orang yang tersesat (الضّالّين ) Ibnu Abbas berpendapat, adalah orang-orang Nasroni, dengan dalil ayat 77 dari Surat Al Maidah.
قَدْ ضَّلُّوْا مِنْ قَبْلُ وَأَضَّلُّوْا كَثِيْرًا وَضَّلُّوْا عَنْ سَوَاءِ الْسَبِيْلِ{ الأية }

“ …orang-orang yang telah sesat dahulunya sebelum kedatangan Muhammad dan mereka telah menyesatkan kebanyakan manusia dan mereka tersesat dari jalan yang lurus. ( QS. Al Maidah 77 ).

Sebagian ulama mufassirin ( ahli tafsir ) diantaranya Imam Al Fakhrurrozy memberikan pendapat yang berbeda dengan pendapat Ibnu Abbas. Menurut beliau yang di maksud dengan orang-orang yang di laknat Allah ( المغضوب عليهم ) adalah orang-orang Yahudi dan juga meliputi semua manusia yang berbuat ma`shiyat dan melakukan perbuatan buruk, yaitu orang-orang fasiq dan orang munafiq, sedang orang-orang yang tersesat (الضّالّين ) adalah orang-orang Nasroni dan meliputi juga semua orang yang tersesat dalam aqidah dan keimanannya, yaitu orang-orang kafir. Alasan beliau, lafadz المغضوب عليهم dan الضّالّين mengandung makna umum, tidak tertentu pada orang-orang Yahudi dan Nasroni. Tentu saja orang yang mengingkari eksistensi Allah dan berlaku musyrik tentu saja lebih buruk keadaannya jika di bandingkan orang-orang Yahudi dan Nasroni yang mempercayai keberadaan Allah.

Di samping itu, Imam Al Fakhrurozi masih memajukan argumentasi yang lain, dengam membuat perbandingan antara Surah Al Fatihah dengan Surah Al Baqoroh. Dalam Surah Al Baqoroh, Allah mengawalinya dengan menuturkan orang-orang yang beriman dan memberikan pujian kepada mereka dalam lima ayat awal surat ini, lalu secara berurutan, Allah menuturkan tentang orang-orang kafir dan di ikuti orang-orang munafiq. Jika di bandingkan dengan Surat Al Fatihah, akan kita dapatkan kesamaan. Dalam Surah Al Fatihah Allah juga menuturkan tentang orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang telah mendapat anugerah keni`matan ( الّذين أنعمت عليهم ), lalu di ikuti dengan penuturan tentang orang-orang kafir (المغضوب عليهم ) dan di tutup dengan penuturan tentang orang-orang kafir (الضّالّين ).

Akan tetapi, pendapat Imam Al Fakhrurrozy ini di bantah oleh Imam Al Luusy, menurut beliau penafsiran المغضوب عليهم (orang-orang yang di laknat Allah ) adalah orang-orang Yahudi dan الضّالّين ( orang-orang yang tersesat ) adalah orang-orang Nasroni, dan hal ini tidak bisa di bantah sebab penafsiran seperti ini berdasarkan penafsiran Rasulullah yang di tuturkan dalam haditsnya. Imam Abu Hayyan menambahkan, jika benar penafsiran seperti itu berasal dari Rasulullah, maka kita wajib mengikutinya. Imam Al Qurthubiy mengatakan bahwa penafsiran jumhur ulama seperti yang di tafsirkan oleh Ibnu Abbas dan Imam Al Luusiy adalah berdasarkan penafsiran Rasulullah dalam hadits `Adiy ibn Hatim dan kisah masuk islamnya.

Syaikh Muhammad Ali Ash Shobuni dalam kitab Tafsir Ayat Ahkam menyatakan dukungan atas pendapat Imam Al Fakhruroziy. Kata beliau : “ Penafsiran Iman Al Fakhrurozi tidak ada salahnya untuk di terima, sebab kedua lafadz tersebut memang mengandung makna umum. Jelasnya, المغضوب عليهم dan الضّالّين adalah orang-orang Yahudi, orang Nasroni dan meliputi semua manusia yang menyeleweng dari agama dan tersesat dari syariat yang lurus. Dengan demikian, orang-orang kafir dan orang-orang munafiq termasuk dalam lingkup penafsiran lafadz المغضوب عليهم dan الضّالّين .

KAJIAN MENGENAI AYAT 1 : SURAH AL-FATIHAH


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Mengasihani

PERBINCANGAN ULAMA :

klik link ini :


Dan titik pertemuan Faham mereka yang kedua ialah bahwa menurut ajaran Rasulullah s.a.w sendiri, sekalipun surat al-Qur'an yang 114 Surat kecuali surat Baraah (At Taubah) semuanya dimulai menuliskannya dengan Bismillah itu selengkapnya, menurut yang tertulis di ayat 30 Surat an-Naml itu. Maka Mushaf pertama yang ditulis oleh panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit atas perintah Khalifah pertama Saiyidina Abu Bakar itu adalah menurut yang diajarkan Nabi itu, pakai Bismillah diawal permulaan Surat, kecuali Baraah (at-Taubah). Dan Mushaf Saiyidina Usman bin Affan pun ditulis cara demikian pula. Semua pakai Bismillah, kecuali Baraah

Tentang Bismillah ada di permulaan tiap-tiap surat, kecuali surat Baraah atau at-Taubah tidaklah ada perselisihan Ulama. Yang diperselisihkan ialah terletaknya dipangkal Surat itu menjadikan dia termasuk dalam Surat itukah, atau sebagai pembatasnya dengan Surat­surat yang lainnya saja, atau dia menjadi ayat tunggal sendiri. Golongan yang terbesar dari Ulama Salaf berpendapat bahwaBismillah di awal Surat adalah ayat pertama dari Surat itu sendiri. Beginilah pendapat Ulama Salaf Mekkah, baik Fuqahanya atau ahli Qira'at ; di antaranya ialah Tbnu Katsir dan Ulama Kufah, termasuk dua ahli Qira'at terkemuka, Ashim dan al-Kisaa-i. Dan sebagian sahabat- sahabat Rasulullah dan Tabi'in di Madinah.

Dan Imam Syafi'i di dalam fatwanya yang jadid (baru), demikian pula pengikut­pengikut beliau. Dan Sufyan as-Tsauri dan Imam Ahmad pada salah satu di antara dua katanya. Demikian pula kaum al-Imamiyah (dari Syi'ah). Demikian pula dirawikan daripada Ulama sahabat, yaitu Ali bin Abu Thalib, Abdullah bin Abbas dan Abdulloh bin Umar dan Abu Hurairoh ; dan Ulama Tabi'in, yaitu Said bin Jubair, Athoo' dan az-Zuhri dan Ibnul Mubarok

Alasan mereka ialah karena telah ijma seluruh sahabat Rasululloh s.a.w dan yang datang mereka. berpendapat bahwa Bismillah itu wajib ditulis dipangkal setiap Surat, kecuali dipangkal Surat at-Taubah. Dikuatkan lagi dengan larangan keras Rasululloh s. a.w memasukkan kalimat-kalimat lain yang bukan temasuk kepadanya, Sehingga al­-Qur'an itu bersih daripada yang bukan wahyu. Sedangkan kalimat Amin yang jelas jelas diperintahkan membacanya oleh Rasulullah sehabis selesai membaca Waladh-dhallin,terutama di belakang imam ketika sembahyang jahar, lagi tidak boleh dimasukkan atau dicampurkan ke dalam al-Qur'an, khususnya al-Fatihah, ketika menulis Mushaf, apatah lagi menambahkan Bismillahir-Rahmanir-Rahim di pangkal tiap-tiap Surat, kecuali Surat Baraah, kalau memang dia bukan termasuk surat itu.

Pendapat mereka ini dikuatkan lagi oleh sebuah Hadits yang dirawikan oleh Imam Muslim di dalam Shahihnya, yang diterima dari Anas bin Malik, Berkata Rasulullah s.a.w

"Telah diturunkan kepadaku tadi satu Surat. Lalu beliau baca : Bismilahir-Rohmanir-Rohim, sesungguhnya telah Kami berikan kepada engkau sangat banyak, maka sembahyanglah engkau kepada Tuhan engkau dan hendaklah engkau berkorban, sesungguhnya orangyangbenci kepada engkau itulah yang akanputusketurunan"

Di dalam Hadits ini jelas bahwa di antara Bismillahir Rohmanir -Rohim dibaca senafas dengan Surat yang sesudahnya. Di siniberlakulah suatu Qiyas, yakni pada Surat Inna A'thoina yang paling pendek, lagi beliau baca senafas dengan Bismillah sebagai pangkalnya, apatah lagi al­Fatihah yang menjadi ibu dari segala isi al-Qur'an. Dan apatah lagi surat-surat yang panjang-panjang.

Dan sebuah Hadits lagi yang dirawikan ad-Daruquthni dari Abu Hurairah, berkata dia : Berkata Rasulullah s.a.w :

"Apabila kamu membaca Alhamdulillah yaitu Surat al-Fatihah maka bacalah Bismilllahir-Rahmanir-Rahim, maka sesungguhnya dia adalah ibu al-Qur'an dan Tujuh yang diulang-ulang, sedang Birmillahir Rahmanir Rahim adalah salah satu daripada ayatnya."

Demikianlah pendapat dan alasan pendapat dari Ulama-ulama yang berpendirian bahwa Bismillah dipangkal tiap-tiap Surat termasuk dalam Surat itu sendiri, bukan terpisah, bukan pembatas di antara satu surat dengan surat yang lain. Tetapi satu pendapat lagi,Bismillahir-Rohmanir-Rohim di pangkal surat itu adalah ayat tunggal, diturunkan untuk menjelaskan batas atau pemisah, jangan tercampur-aduk di antara satu Surat dengan yang lain. Yang berpendapat begini ialah Imam Malik dan beberapa Ulama Madinah. Dan Imam al-Auza'i serta beberapa Ulama di Syam dan Abu Amer dan Ya'kub dari Bashrah.

Dan ada pula satu pendapat tunggal dari Imam Ahmad bin Hanbal, yaitu bahwa pada al-Fatihah sajalah Bismillahir Rohmanir Rohim itu termasuk ayat, sedang pada surat-surat yang lain tidak demikian halnya. Oleh karena masalah ini tidaklah mengenai pokok akidah, tidaklah kita salah jika kita cenderung kepada salah satu pendapat itu, mana yang lebih dekat kepada penerimaan ilmu kita sesudah turut menyelidiki. Adapun bagi penafsir mi. terlepas daripada menguatkan salah satu pendapat, maka di dalam menafsirBismilahir-Rohmanir­-Rohim pada pembukaan al-Fatihah, kita jadikan dia ayat yang pertama, menurut Hadits Abu Hurairah yang dirawikan oleh ad-Daruquthni itu.

Dan tidak mungkin BismillahirRamanir-Rahim dimuka al-Fatihah itu disebut sebagai satu ayat pembatas dengan surat yang lain, karena tidak ada surat lain yang terlebih dahulu dari pada surat al-Fatihah. Karena itu maka Bismilluhir-Rohmanir-Rohim yang pada al-Fatihah inilah yang kita tafsirkan lebih luas, sedang Bismillah yang 112 surat lagi hanya akan kita tuliskan terjemahannya saja. Sebab tentu saja membosankan kalau sampai 113 Bismillah ditafsirkan, dan 114 dengan Bismillah dalam surat Nabi Sulaiman kepada Ratu Balqis dalam surat an-Naml itu.

KAJIAN SAINS MENURUT S.AL-FATIHAH

Indahnya Molekul Ais Ciptaan Allah SWT

“(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat tiap-tiap sesuatu dengan kukuh”….

Adakah di antara Anda yang mengetahui apa lukisan dekoratif yang indah ini ? Sebahagian dari kita mungkin menyangka bahawa lukisan ini adalah hasil karya pelukis yang memang berbakat. Gambar ini bukanlah sebuah lukisan, melainkan salah satu ciptaan Allah Yang Maha Kuasa.

Gambar ini adalah bahagian kecil dari molekul ais yang dibesarkan ratusan kali ganda. Para ilmuan yang menemui reka bentuk partikel ais yang sangat indah ini mengatakan, di dunia ini sejak awal penciptaan alam ini sehingga sekarang ini tidak pernah ditemui dua partikel ais yang menyamai diantara satu dengan yang lain. Setiap partikel ais berbeza reka bentuknya dari yang satu dengan yang lain, padahal semuanya terbentuk daripada sumber air yang sama. Maha Suci Allah yang telah berfirman:

(صنع الله الذي أتقن كل شيء)! النمل 88

“(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat tiap-tiap sesuatu dengan kukuh”

Dikirim dalam Indahnya Molekul Ais Ciptaan Allah SWT

Web-Web penting:

http://www.islamweb.net/flash/index.htm

Blog Buku Ahmad deedat dengan percuma:

http://www.al-maktabeh.com/403.html


Tuesday, October 4, 2011

AL-FATIHAH (SURAH PEMBUKA)


Alhamdulillah,segala puji bagi Allah Swt Tuhan yang telah mentadbir alam ini dan juga telah membuka pintu-pintu keberkatan untuk hamba-hambaNYA yang beriman dan beramal soleh. Allah SWT telah memberikan sedikit ilham kepadaku untukku menukilkan segala pemahaman ku terhadap ilmu yang telah dia kurniakan kepadaku.Meskipun ilmuku sedikit.aku masih ingin menyampaikan dakwah kepada diriku dan juga kepada umat Islam yang lain.

Aku mulai dengan membaca,mengkaji,dan mengamalkan apa yang terkandung di dalam Surah Al-Fatihah.




Mari kita mulai dengan meneliti satu persatu ayat-ayat yang terkandung dalam Surah Al-Fatihah.


to top
1:1
Sahih International
In the name of Allah , the Entirely Merciful, the Especially Merciful.to top
1:2
Sahih International
[All] praise is [due] to Allah , Lord of the worlds -to top
1:3
Sahih International
The Entirely Merciful, the Especially Merciful,to top
1:4
Sahih International
Sovereign of the Day of Recompense.to top
1:5
Sahih International
It is You we worship and You we ask for help.to top
1:6
Sahih International
Guide us to the straight path -to top
1:7
Sahih International
The path of those upon whom You have bestowed favor, not of those who have evoked [Your] anger or of those who are astray.